Current Achievement :
Blog's Layout Version 22 "2016 Badge" ― 29 January 2016
Blog's 700th Post ― 20 August 2016
Blog's 100.000 Visitors ―
20 August 2016

It`s easy! Just click labels below :

Diary | Event | Introduction | Resensi | Download | Birthday and Anniversary
Pet Society | Walt Disney | Korea | Japan | Pirates and the Mermaid
Pulang Sekolah Family | Cerita Panjang | Anime, Game, Cartoon Lists on Blog

Or type your keyboard that you are looking for on the box below, then click SEARCH

search?

Thursday, August 20, 2015

There Is No Glory In War!


YA —tak akan ada kemenangan dalam perang.
Kalian nggak salah baca koq.

resensi film edisi alay

Gue coba buat meresensi film lagi.
Kali ini film animasi fenomenal buatan anak bangsa sendiri.


SPOILER ALERT
some content contains spoiler details that I might not be aware of
gue coba bahas film sejamblang mungkin dengan spoiler sesedikit mungkin
just highlight some blank space to read the spoiler read at your own risk



BATTLE OF SURABAYA
There is no glory in war! 

BATTLE OF SURABAYA recounts to you the adventure of Musa, a spontaneous, brave, thirteen-year-old shoe shiner, who makes a living under the pressure of necessity or poverty in the era of Japanese colonialism. In spite of the fact that life is not easy, he leads a life patiently. To Musa, life is a choice. As a matter of fact, being a shoe shiner is not bad; still, such a job less leads to what he is struggling for, that is to say: patriotic spirit and peace, both based on divine values. Physically he is only a teenager; however, mentally he is a hero. He makes up his mind of choosing a job as a courier. Here, he is not a courier who merely delivers common letters, but the secret letters concerning the strategy of the war adopted from the true, pierce war that broke out in Indonesia, exactly in Surabaya on November 10th, 1945. It is worth for you watching this film to see how Musa, with such letters, mediates the youths of Surabaya in the war; and how the youths, who are armed only with bamboo spears, are able to win the war with the allied forces, while such forces, which are developed under the aegis of the Dutch government, are armed with modern weapons.




Battle of Surabaya menyajikan suguhan film animasi dengan tema nasionalis banget.

Release tanggal 20 Agustus 2015, tepat 3 hari setelah dirgahayu RI ke 70.
Sempat mikir juga kenapa nggak release pas 10 November aja biar kerasa banget Surabaya & Hari Pahlawannya, tapi suasana kemerdekaan 17 Agustus juga nggak salah koq buat lebih nonjolin rasa nasionalisme yang terkandung dalam film ini.

Gue langsung beli tiket nonton di TIM dari siang buat jam 19.00 WIB spesial buat nonton nih film. Hari perdana broh! Sebagai seseorang yang ngakunya cinta akan rasa nasionalisme, gue cukup mau buat belabelain nonton ini film di hari perdana, biar dibilangnya uptodate banget. Ingat yang gue bilang tadi, ini film animasi pertama asli garapan anak bangsa Indonesia sendiri, jadi gue cukup bangga dan bisa ngebanggain juga udah nonton film ini.

Mwahahahaha... ngakaksambilkayang

Gue sebenernya nggak begitu tau banget siapa yang buat, yang jadi sutradara, produsernya, ataupun siapapun yang terlibat dalam pembuatan film ini. Tapi film ini cukup hebat buat mampu merangkul dua aktor/is Indonesia buat jadi dubbernya; Reza Rahadian & Maudy Ayunda.

Setelah gue baca, ternyata ini garapan AMIKON YOGYAKARTA & MSV PICTURES. Nggak begitu ngerti juga sebenernya bagian produksi, cuma beberapa waktu lalu pernah baca juga Disney pengen ikut terlibat dalam pembuatan film ini. Tapi ending kesepakatan mereka, Disney cuma terlibat di bagian pendistribusiannya CMIIW. Disney kepincut banget sama film yang satu ini, entah kenapa. Tapi ini membuat nama Indonesia menjadi semakin bersinar di kancah internasional.

Quote film ini sendiri, nggak akan ada yang namanya kemenangan dalam peperangan.
Kalo gue artiin menurut pikiran random gue, peperangan itu nggak ada artinya broh, mau menang ataupun kalah samasama rugi. Memang yang menang bisa ngambil untung lebih dibanding yang kalah tapi tetap saja banyak ruginya dikedua belah pihak. Dampak paling terasa itu korban jiwa berjatuhan dimana-mana. Miris banget mikirin perang yang banyak ngerenggut banyak korban. Mau lu menang perang sekalipun, korban yang gugur banyak banget. Mereka yang berkorban memang siap mati buat mempertahankan harga diri dan kedaulatan mereka, but still... Nyawa manusia itu priceless.

Central character dalam Battle of Surabaya adalah seorang bocah ingusan bernama Musa, seorang penyemir sepatu yang juga jadi double agent sebagai kurir surat dari satu base ke base yang lain. Kita bakal ngikutin gerak-gerik Musa terus selama film ini berputar. Tipikal cowok dengan nasionalisme tinggi dan pemberani, Musa mampu menerjang musuh-musuhnya. Bahkan dia menyelamatkan dan mengampuni musuhnya, mengesampingkan egonya demi rasa kebaikan dan kemanusiaan.

Yumna, cewek protagonis kita. Sang heroine ini adalah sahabat Musa. Malah bisa gue sebut dia adalah pusat cinta dari Musa dan Danu. Ya, bumbu cinta dan romantisme masih terselip dalam film ini. Yumna jadi pujaan hati kedua cowok utama. Boleh dibilang dia adalah puncah dari cinta segitiga. Namun sayang, Yuman hanya menganggap mereka berdua sebagai sahabat dan kakak. Dia juga salah satu karakter kunci dalam usaha pejuang kita menginfiltrasi markas musuh,

Danu, karakter utama kita yang ketiga. Cukup tampan, tipikal kakak yang bisa diandalkan. Tapi sungguh disayangkan, dia itu pedofil. Dia suka sama Yumna yang notabene Yumna itu jauh lebih muda dari dia. Saat masa lalu Danu nyelametin Yumna, kita tau bahwa Danu sudah beranjak remaja dan Yumna masih kecil, sedangkan waktu present di film Yumna udah remaja dan Danu juga udah mulai menua tentu saja, tapi malah Danu suka sama Yumna, dan itu sungguh mengganggu. Gue pikir Danu itu late 20-an sedangkan Yuman (dan Musa) ada di early belasan mereka.

Plotnya sendiri cukup bagus, cuma ada beberapa bagian yang plotnya terlalu cepat. Belum dijelasin apa-apa, eh tau-taunya ceritanya udah advanced jauh banget. Atau mungkin guenya yang terlalu kolot? Nggak juga kan ya...

Ada bagian yang nyetuh hati banget, ada pula bagian yang isinya humornya juga. Tapi bukannya buat ketawa, gue malah agak miris pas lihat adegan itu. Humornya garing. Atau mungkin karena adegannya terlalu kaku. Dipaksain gitu agar bisa ngebuat adegan humor tapi kesannya malah kelihatan banget dipaksainnya. LOL

Banyak plot twist di ceritanya. Nggak nyangka tapi eh akhirnya tetep muter-muter di situ-situ aja. Kipas hitam, heh?

Ada bagian yang nggak nyambung juga menurut gue. Bagian dimana kejadian yang satu langsung nyambung ke adegan yang lain dan itu sama sekali nggak dijelasin kenapa, gimana caranya, koq bisa, dsb. Ada bagian yang dipaksain supaya bisa jadi utuh suatu kesatuan cerita, Ada bagian yang nggak penting banget —ini bener-bener nggak penting. Seharusnya bagian yang nggak penting ini bisa diganti jadi adegan lain seperti menceritakan atau menjelaskan too-advanced-plot yang ada di beberapa bagian. Oh ya, dan tentu saja ada juga bagian yang nggak masuk akal.

Overall, plotnya cakep. Suka banget sama endingnya. Menyentuh hati banget. Senang. Sedih. Takut, Jijik. Marah ini bukan promosi Inside Out lho— Miris. Bahagia. Bangga. Camput aduk hati ini dibuatnya. Nggak salah koq kalo lo bisa sampe nitikin air mata di adegan ini. Bikin merinding sih nggak juga, cuma lo bisa jadi terharu. YA —terharu, kata yang tepat. Terharu banget akan endingnya.

Tapi jangan dikata ini cuma film animasi lho ya!
Banyak kan yang menganggap remeh film animasi, yang kata mereka film animasi itu uma buat anak kecil, cuma buat bocah. Tapi mereka sendiri nggak tau bahwa pesan moral yang disampaikan di dalamnya sungguh bermakna. Ngena banget. Nasionalis banget. Mana tau bocah tetang nasionalisme? Justru kita sebagai seseorang yang katanya sudah dewasa harus bisa berpikir matang dan mem-filter film mana yang bagus dan berisikan pesan moral yang baik dan bermakna ketimbang tayangan yang nggak bermutu macam drama pasaran di luar sana.

Battle of Surabaya punya rating R13+ lho!
Ini artinya film ini ditujukan untuk para remaja (dan orang-orang) yang berusia 13 tahun dan di atasnya.
Bukan buat anak-anak lho, ini buat semua orang dengan usia 13 tahun ke atas!
Jadi intinya, ini bukan film gampangan yang bisa dicerna anak-anak malahan.

Ini film berdasarkan atas sejarah broh!
Sejarah Indonesia!
Kalo bukan kita yang nonton dan melestarikan serta membanggakan budaya dan sejarah Indonesia, lalu siapa lagi?

Di situs web rating film IMDb, Battle of Surabaya sudah memiliki rating 9.0 di hari pertama. Cukup hasil yang membanggakan. Battle of Surabaya bahkan telah mendulang keberhasilan dibeberapa ajang penghargaan. Sebagai juara!

Buat debut film animasi layar lebar Indonesia pertama, ini cukup terbilang sukses. Gue akui ini cukup membanggakan. Gue suka. Gue acungin jempol —empat jempol malah. Gue bisa bilang pada sekitar —bahkan kepada dunia— bahwa Indonesia juga nggak akan kalah, Indonesia bisa bangkit. Indonesia akan semakin bersinar di mata dunia.

Mwahahahaha... ngakaksambilsalto

Well, resensi yang cukup panjang namun nggak penting.
Gue nggak tau apa resensi ini ada intinya.
Gue tau resensi seperti ini banyak kekurangan. Tapi gue masih ingin terus belajar.

Kembali ke film, gue salut buat para creatornya. Gue nggak henti-hentinya buat acungin empat jempol. Emang cakep banget. Terima kasih banyak buat para sineas perfilman dan insan manusia yang sudah ngebuatin film animasi 2D pertama yang bakal jadi pelopor film animasi di Indonesia ini. Dan terima kasih pada rakyat Indonesia!

Jangan sia-siakan apa yang telah mereka —para pahlawan yang telah gugur mendahului kita— berikan kepada kita. Jangan sia-siakan pengorbanan mereka. Kita jaga kemerdekaan ini dan mari kita bangun Indonesia bersama-sama!

Jayalah Republik Indonesia!

Indonesia Raya merdeka.. merdeka.. tanahku negeriku yang kucinta!
Indonesia Raya merdeka.. merdeka.. HIDUPLAH INDONESIA RAYA!

0 comment (s):

Post a Comment