Current Achievement :
Blog's Layout Version 22 "2016 Badge" ― 29 January 2016
Blog's 700th Post ― 20 August 2016
Blog's 100.000 Visitors ―
20 August 2016

It`s easy! Just click labels below :

Diary | Event | Introduction | Resensi | Download | Birthday and Anniversary
Pet Society | Walt Disney | Korea | Japan | Pirates and the Mermaid
Pulang Sekolah Family | Cerita Panjang | Anime, Game, Cartoon Lists on Blog

Or type your keyboard that you are looking for on the box below, then click SEARCH

search?

Thursday, November 13, 2014

Intergalactic's Hero

Edisi alay. Edisi resensi film seadanya.
Gue sekarang mau nyoba ngeresensi film.

Jadi gue nonton. Tadi malam dan kemarin malam. Atau kemarin dan kemarinnya lagi. Big Hero 6 di hari Selasa dan Interstellar di hari Rabu. Malam. Nonton di Taman Ismail Marzuki XII seharga dua puluh lima ribu per tiket per film.

Oke pertama, ada Big Hero 6..

Untuk Big Hero 6 cukup promising. Ini film produksi Disney dan karena gue cukup suka sama Disney jadi gue enjoy aja nontonnya. San Fransokyo (dari San Francisco dan Tokyo), kota metropolotan yang kental dengan nuansa timur tradisional-oriental (Tokyo, Japan) dan nuansa barat modern (San Francisco, USA). Tentu gue suka semua yang berbau Jepang dan itu menambah ke-enjoy-an gue nontonnya pas dilihatin view kota San Fransokyo, apalagi ada pohon Sakura dan bangunan berbau Jepangnya.

Banyak bumbu kekeluargaan dan persahabatan di film ini, terutama kehangatan keluarganya (dan kehangatan Baymax). Keenam karakter bersatu untuk menumpas kejahatan dengan kekuatan yang unik hasil science dari lab kutu buku cukup keren.

Hiro adalah karakter yang keras kepala dan egois. Tapi protagonis memang seperti itu. Kebanyakan. Tentu saja lambat laun seiring berjalannya waktu si Hiro bisa lebih dewasa dan mampu mengontrol emosinya untuk menolong sesama. Di luar sifatnya, dia cukup sangat jenius untuk ukuran anak berumur 14 tahun. Baymax sendiri sebagai protagonis utama (selain Hiro) cukup cute dengan tubuh marshmallownya. Apalagi gaya tos tangannya, La la la la la~

Hero lainnya dalam tim, Honey Lemon cukup kreatif mengembangkan kekuatannya. Bola-bola itu comes in handy di saat yang tepat. Go Go Boy punya kecepatan super, lumayanlah. Go Go Dancer mengejar dan menandingi kecetana mikrobot yang dikendalikan si antagonis, itu cukup menegangkan saat unjuk kebolehan pertama kali. Sedangkan Wasabi kekuatannya cukup keren, apalagi waktu memotong apel menjadi lebaran tipis banget, walaupun dia sendiri sifatnya agak tunduk pada peraturan. Gue nggak bilang bahwa patuh pada peraturan itu nggak baik, tapi gue nggak begitu suka sama kalo terlalu tunduk. Dan gue setuju kalo Fred itu cukup mengganggu. Kekonyolannya kurang pantas masuk dalam tim. Tapi mungkin dalam suatu tim atau kelompok butuh seseorang dengan sosok penggembira dan pemeriah suasana seperti itu jangan lihat gue.

DAN gue suka banget sama karakter Tadashi Hamada. Dia sosok seorang kakak yang cukup perfect dan keren. Cocok untuk dijadikan role model. Suka dalam artian apapun *smirk build dan facenya keren banget

Endingnya bagus juga, Mereka menyelamatkan kota dari antagonis bertopeng kabuki yang mengendalikan mikrobot. Tak cukup di situ, mereka membawa pulang orang yang telah terlempar ke dalam portal teleportasi di tempat antah-berantah, walaupun ada bagian sedihnya yang mana Hiro harus meninggalkan Baymax di dalam sana. Well, mereka tetap menjadi hero (entah untuk menumpas apalagi) di San Fransokyo dan memang itulah tugas dari para pembela kebenaran.

Tapi adegan actionnya gue rasa masih kurang. Gue masih pengen ngelihat fight antara Big Hero 6 dan antagonisnya, pengen ngelihat kemampuan, kekuatan, skill, taktik bertarung, atau apalah itu dari para hero nya dalam menumpas kejahatan. Adegan sedihnya cukup ngena di hati (bahkan hampir buat nangis) tapi banyak pesan moral di balik semua itu.

Ratingnya sendiri cukup bagus, jadi film keluaran Disney tahun ini cukup worth it lah, nggak kalah dari Frozen tahun lalu. Disney memang TOP!

Next, ada Interstellar..

Interstellar gue pikir semacam film dokumenter (seperti Ocean), film tentang science dan luar angkasa. Tapi ternyata gue cukup salah menilainya. Walaupun ada bumbu science di dalamnya (dan juga NASA) tapi ini fiktif belaka. Gue yakin BANGET ini fiktif soalnya nggak ada yang pernah masuk dan keluar dari blackhole dengan selamat. Film ini berdurasikan 169 menit. Dua setengah jam lebih. Jarang ada film dengan durasi lama keg gini.

DAN TOLONG ilangin adegan muter-muternya. Gue nggak suka sama adegan muter-muter itu. Mau si roket, mau si pesawat induk, mau planetnya kelihatan muter, atau apalah itu semua, GUE NGGAK SUKA! Dammit.. Ini bahkan lebih horor daripada Annabelle.

Adegan menyentauhnya masih kurang dibanding Big Hero 6. Tapi tentu saja orang nggak nonton film ini kalo mau nyari moment menyentuh  dan menggetarkan jiwa. Walaupun memang endingnya cukup menggetarkan jiwa dan penuh harapan.

Banyak cerita yang kompleks di dalamnya, terutama lima dimensi. Dan gue sendiri sudah pusing kalo udah berhubungan sama raung dan waktu. Itu dua hal yang cukup kompleks dan nggak bisa dipikirkan nalar normal. Butuh ketelitian dan kesabaran ekstra tinggi untuk benar-benar mempelajari sistem ruang dan waktu. Tapi untuk film sendiri, unsur seperti ini cukup bisa dinikmati.

Gue membagi film ini menjadi 3 bagian; bagian konflik di bumi dan pesawat induk, bagian konflik dengan antagonis, dan bagian 5 dimensi ruang dan waktu.

Gue cukup yakin ini film lebih horor dari Annabelle (yang sama-sama release tahun ini). Ada unsur "hantu" di sepertiga awal film, tapi nanti akan dijelaskan di sepertiga akhir film koq tenang aja. Dan gue terus ngira itu alien biar rasa takut nggak ada yang muncul, hahaha.. Konflik dalam keluarganya sendiri cukup menyentuh.

YA, film ini ternyata ada antagonisnya. Gue juga cukup kaget ternyata muncul antagonis di pertengahan film. Padahal gue ngerasa ini cuma film adventure biasa tentang perjalanan luar angkasa tanpa antagonis. Dan padahal juga gue ngerasa bahwa dia akan jadi member baru dalam tim. "More people, more merrier", they said. Tapi tentu saja mereka bisa melenyapkan antagonis di klimaks dua pertiga film.

Sepertiga film akhir adalah bagian 5 dimensi ruang dan waktu atau bagian klimaks film. Bagian klimaks paling akhir ini adalah bagian paling kompleks. Bagian ini menjelaskan kejadian di sepertiga awal film dan konklusi dari bagian sebelumnya, well overall conclusion to be exact. Walaupun ini adalah penjelasan dan klimaks tapi tetap saja ini membingungkan. Gue nggak mau spoiler karena memang gue sendiri sebenernya susah buat jelasin hal beginian dan nggak tau harus ngejelasin dari mana ke mana.

Endingnya sendiri cukup menarik. Seperti yang gue bilang sebelumnya, endingnya cukup menggetarkan jiwa dan penuh harapan. Menyentuh memang dan buat perasaan bahagia muncul.

Belum lihat ratingnya di web lain sih, tapi memang cukup bagus filmnya. Walaupun science nya perpaduan antara benar-benar ilmiah dan fiksi belaka serta kekonyolan fiktif filmnya dan ke-kompleks-an filmnya yang membuat binggung dengan menyertakan unsur ruang dan waktu tapi film ini cukup bagus bagi yang suka petualangan luar angkasa. DAN film ini tidak disarankan untuk penderita phobia benda berputar seperti gue walaupun belum akut banget.

Kedua film ini cukup worth it lah. Buat menemani malam dengan suguhan film fiksi yang menyentuh hati, sulutan amarah dalam diri, lelucon yang crispy (I madly in love with Baymax's tos!), pun memberi  pesan moral yang cukup berarti. Lima puluh ribu untuk kedua film itu di Taman Ismail Marzuki XII nggak begitu siasia keluar dari dompet.

Wednesday, November 12, 2014

CAUTION: Selfie itu Adiktif!

Pengen ngebuat project tentang challenge dan sekitanya, tapi lagi nggak tau mau buat challenge apa. Ada ide buat challenge novel, review lagu dan PV, sampe selfie. Entah apa yang aku pikirkan pada ide yang paling akhir itu. Aku hanya ingin cari ide buat bisa ngepost dan update blog setiap hari. Dan aku sepertinya memang butuh banget tipe post semacam itu biar ngebuat blog ini aktif.

Mungkin juga karena akhir-akhir ini aku sering BANGET selfie. Nih ya, padahal dulu― DULU waktu masih jaman SMA, di hapeku sendiri sama sekali nggak ada fotoku. Benar-benar tidak ada. Satu pun. Tapi sekarang, Sudah ada SERIBU TIGA RATUS (dan lebih) foto selfie ku di hape. Ternyata memang selfie itu mengandung zat adiktif.

Selfie nya sendiri sih nggak neko-neko, cuma gaya biasa aja. Iya masa aku mau gaya duckface atau pose pantai sambil telanjang? Kalo pose binal tujuannya buat orang sange boleh lah.

Sekali selfie, kalo udah nemu gaya yang lumayan, pasti adiktif dan pengen nambah lagi. Dan lagi. Dan lagi. Apalagi didukung dengan fashion― khususnya atasan/ baju yang dipakai. Sok ngeti fashion. Seenggaknya sekarang aku udah ada kemajuan buat difoto. Nggak parah-parah amatlah kelakuanku dibanding sebelum jaman SMA atau sebelumnya itu.

ALLRIGHT!
Ayo selfie lagi! :v